Sabtu, 27 Juni 2009
Kami sekeluarga pergi ke Bonbin a.k.a KBS alias Kebon Binatang Surabaya :), untuk mengajak anak-anak jalan-jalan mengisi masa libur sekolah.
Kami baru berangkat dari rumah setelah lewat pk.10.00 pagi, jadi sampai KBS sudah cukup siang, terlalu siang bahkan, sehingga kami tidak mendapat parkir mobil di area parkir KBS, sehingga kami akhirnya mencari tempat di pinggir jalan Diponegoro.
Setelah mendapat parkir yang cukup teduh, kami pun bersiap-siap jalan ke KBS, namun rupanya tukang parkir memanggilku dan meminta uang parkir lebih dulu. Ketika kutanya berapa, dia menjawab 10.000. Haaaah, sepuluh ribuuuu, yak ampun, parkir mobil aja 10 ribu. Ampuun, deh :(. Jadi akhirnya kami tidak jadi parkir disitu, untung diperbolehkan ama tukang parkirnya, kalo tidak ... wah bisa perang dunia ke 3.
Mobil pun perlahan-lahan keluar dari lahan parkir sempit nan teduh itu, dan pikiran mulai mencari-cari, dimana sebaiknya parkir, sempat terpikir mau pulang aja :( ... tapi anak-anakku merengek-rengek terus, terutama yang besar "Ayo pa, ke bonbin, pa!" "Ayo pa koq pulang, ayo ke bonbin". Haah susah bener :(.
Saat mobil masil berjalan perlahan, tampak di depan mata, tidak jauh dari tempat parkir platinum tadi, ada toko buku TogaMas Diponegoro. Akhirnya kami memutuskan parkir disitu, dan harganya masih masuk akal buat kami, Rp 3.000 (tiga ribu rupiah saja). Panas memang, tapi lebih baik, daripada 10 ribu. Kebetulan aku pun berkeinginan untuk mencari satu buku rohani disitu ... sekalian buat pengalih perhatian tukang parkirnya Togamas, supaya boleh nitip mobil disitu untuk waktu lama ;p.
Setelah berkeliling beberapa saat di dalam toko buku, dan tidak mendapat apa pun, kebetulan buku rohaninya juga ndak ada ... cari-cari buku anak2 yang bagus buat belajar calistung (baca-tulis-hitung) untuk anak SD kelas 1 juga tidak ada. Maka kami pun keluar dari toko buku dan mulai berjalan kaki menuju KBS. Caca, anak kami yang paling besar, langsung bergembira ria ... :-)
Tidak berapa lam sampailah kami di loket, dan kami langsung diserbu ... yang pertama, tentu saja, tukang jual kacang "kacang oom, buat keranya" "kacang oom, buat onta" ... aku ndak beli, khan aku bukan kera ;p apalagi onta :D. ... Yang kedua, selain tukang kacang, ada lagi tukang lain yang nyerbu aku, yaitu ticket-sales freelance :) ... bahasa maduranya "calo tiket" :). "Ayo oom, tiketnya 11.000 aja, timbang panas antri" "ayo oom, nih langsung tiketnya, enak, cepat" ... Aaah ... aku ndak mau beli tiket dari mereka, ngapain ngabisin duit buat beli tiket di calo, lha kalo tiketnya palsu bagaimana ??!!?? Jadi aku tetap beli di loket. Aku beli 3 untuk diriku, istriku Ollia, dan Caca, total abis 30.000. Sedangkan Ezra karena berumur dibawah 3 tahun maka digratiskan oleh KBS.
Sambil antri, kami mendengar satu orang di depan kami, yang ngedumel (ngomel = menggerutu) kepada petugas KBS penjual tiketnya, "Pak ... pak ... masa parkirnya dimintai 10 ribu, mahal sekali". Tentu saja ama petugasnya dijawab "Pak, parkir di area parkir KBS saja, lebih murah". Aku bilang, dalam hati tentu saja, "Yo bener petugas KBS'e, makane aku parkir ndek Togamas (red. Ya benar petugas KBSnya, oleh karena itu aku parkir di Togamas).
Oke singkat cerita, akhirnya masuklah kami sekeluarga ke area KBS dan langsung disuguhi pemandangan kolam besar, yang dulu, seingatku saat kumasih kecil, ada patung komodo atau kadal di tengah-tengahnya. Cuman sekarang sudah tidak ada lagi patung itu.
Caca langsung berteriak "Pa, Pa, ayo ke Jerapah pa ... ayo ke jerapah". Ya udah, kami pun memutuskan mengikuti keinginan dia. Maka kami pun menuju peta KBS yang tepat berada di arah kanan dari pintu masuk. Dari peta tampak bahwa kandang Jerapah dapat ditempuh jika terus ke kanan menuju kolam besar di belakang, melewati jembatan bertingkat 4 ... eh apa hanya 3 tingkat ya lupa aku ... yang pasti, jembatan ini tinggi sekali, jadi bisa melihat pemandangan kota Surabaya.
Setelah tahu arah tujuan, maka kami pun mulai berjalan menuju ke arah yang ditunjuk peta. Tak berapa lama kami melewati arena Onta yang dipekerjakan mengangkut pengunjung berputar2 di lingkaran dalam diameter kira2 10 meter-an. Setelah puas memandangi pengunjung yang naik onta ... eh salah ... memandangi onta yang mengangkut pengunjung :) maka kami pun berjalan mendekati kandang onta di dekat situ yang kebetulan berisi seekor onta yang mungkin sedang istirahat shift siang :).
Semakin dekat ke kandang tsb, ternyata semakin menimbulkan ketakutan pada anak2-ku, padahal saat itu ada anak seumuran Caca (6 thn-an) terlihat sedang memegang segenggam rumput di tangan untuk memberi makan langsung ke mulut sang Onta. Istriku dan aku punya pemikiran sama "Koq ndak jijik ya tuh anak" ... baru beberapa waktu kemudian terlintas pemikiran bahwa jangan-jangan rasa kejijikan kami itulah yang menular ke anak2 dan membuat mereka bertindak dalam bahasa tubuh yang sekarang kita sebut sebagai "takut".
Setelah foto2 dari jarak jauh :) ... soale anak2 takut ... maka kami melewati kadang komodo, ada beberapa kandang dan Wah banyak juga komodonya. Ada kandang yang memiliki bukit pasir ditengah-tengahnya ... mungkin sebagai tempat bertelur, dan mungkin hal itulah yang menyebabkan komodo-komodo itu tampak aktif di sekitar situ. Namun mungkin juga sih mereka aktif karena saat itu sudah hampir tengah hari, sedang panas-panasnya ... jadi sebagai binatang berdarah dingin, maka komodo pun menjadi aktif ... atau ... mungkin mereka mau punya hajat ... hajat bertelur :).
Lalu kami pun berjalan terus melewati klinik hewan, lalu ponten (nama lain WC umum :) ). Kemudian sampailah kami di samping sebuah kandang buesaar. Namun sayang terkunci. Kandang ini kandang burung super besar. Tampaknya menarik kalo bisa masuk ke sana, tapi sayang terkunci. Tidak ada alasan atau pengumuman yang menyebutkan kapan kandang besi itu dibuka.
Akhirnya kami sampai di jembatan susun. Kami tidak menaiki jembatan ke tingkat-tingkat atas, karena anak kami tidak mau naik ke atas saat ditawarkan karena dia ingin langsung ke kandang jerapah. Maka kami pun berjalan di bawah melewati dua jembatan kayu berkanopi tumbuhan merambat yang dibuat untuk menyeberangkan kami melewati parit. Di jembatan pertama, kami sempatkan foto-foto menghadap ke sisi kanan jembatan, memfoto kera hitam berlengan panjang melebihi panjang badannya, yang tampak sedang berayun-ayun di pepohonan di pulau kecil di seberang parit.
Kami juga memfoto kambing gunung yang tampak meloncat-loncat di gunung-gunungan di seberang parit sana sebagai latar belakang. Saat kami melihat-lihat pemandangan inilah, kami melihat seperti ada sesuatu yang timbul tenggelam dari air parit yang coklat kotor. Sempat kami agak ngeri juga. "Apa itu?" "Ularkah?" "Hiii ..." Maka kami meneruskan perjalanan dengan perlahan dan terus menyeberang sambil tetap bertanya-tanya soal benda hidup misterius yang timbul tenggelam.
Melewati jembatan kedua, kami jadi agak sungkan, karena kami harus permisi kepada satu keluarga (bapak, ibu dan 1 anaknya) yang duduk ditengah jembatan sambil makan nasi bekal makan siang mereka. Duh :( ... kenapa sih mereka makan di tengah jembatan yang sudah sempit itu, khan ini jalan umum. Memang sih, bagus juga pemandangan disitu, seperti pemandangan di film-film romantis :) cuman bedanya sungai disini airnya kotor ;p dan duduknya bukan di padang rumput tapi di jembatan sempit.
Setelah melewati jembatan, kami mampir ke sisi kiri jembatan. disini terlihat satu danau kecil dengan pulau-pulau kecil di tengah danau berisi kera-kera dan burung-burung berterbangan bebas. Saat inilah kami melihat benda misterius yang tampak di air kecoklatan, benda yang sama dengan yang kami lihat di sisi kanan tadi. Setelah kami amati lebih seksama barulah kami menyadari bahwa sesuatu itu adalah ... kura-kura yang cukup besar. Binatang ini tampak bergerombol di pinggir parit menunggu pengunjung yang melemparkan makanan, entah roti entah nasi, pada mereka.
Puas melihat kura-kura tersebut, kami melanjutkan perjalanan melewati kandang harimau putih, lalu singa, dan harimau. Semua binatang ini tampak tidur-tiduran saja. kecuali satu ekor singa betina yang tampak mengais-kais pintu kandangnya yang tertutup, entah apa yang diinginkannya, mungkin kepanasan terpanggang matahari :) ... atau lapar ... atau mau buang hajat ;p.
Akhirnya sampailah kami di depan kandang Jerapah, sayang Jerapahnya cuman satu, dan dia sedang makan di kandangnya, yang jaaauuuuh di sana. Jadi kami pun memotretnya sebagai latar belakang saja.
Puas menonton Jerapah sendirian tersebut. Kami melangkahkan kaki menuju kandang hewan-hewan memamah biak. Mulai dari Bison yang tiduran aja ... ada yang komentar kalo binatang ini yang dimiliki oleh Avatar (salah satu tokoh kartun yang sedang populer) ... benernya kasihan juga binatang subtropik ini ditaruh di daerah tropis, ada kemungkinan dia merasa seperti kalo kita pake mantel bulu dijemur di tengah lapangan bola siang-siang. Berikutnya melihat Kuda Nil yang cukup banyak, beberapa masih kecil, bahkan ada satu yang masih bayi dan masih bersama induknya.
Selanjutnya kami melihat Anoa, lalu Rusa Totol yang cukup ramah, karena mau mendekat ke kandang dan bisa dielus-elus pengunjung termasuk kami. Hanya saja, Ezra tampak takut memegang binatang ini, yang baunya bagai kambing, yang memang masih satu sodara :) ama rusa itu.
Setelah kambing eh salah, rusa-rusa itu, sampailah kami ke kandang besar berisi Gajah. Wah, baunya sungguuuh harum ;p Kalo anda pernah mengenal bau kandang kambing saat mendekati hari raya Idul Adha, maka bau kandang Gajah berkali lipat dari kandang Kambing. Ya, sudah jelas, wong badannya Gajah saja begitu besar. Sempat pula liat Gajah sedang pipis, waduuuh, airnya ada 1 galon Aqua mungkin :), dan bau pesingnya ampuun. Padahal jarak kami dengan Gajah dipisahkan dengan parit yang cukup lebar, tapi bau itu aduuh ampun deh. Setelah mencari-cari spot yang tepat, maka kami mulai bisa menikmati sungguhan aksi-aksi para Gajah.
Ada satu gajah jantan yang dikurung dan pintunya digembok rantai. Gajah ini mungkin "bete" dikurung, jadi dia menghentakkan pintu hingga berbunyi "jedhueeeng". Pintu itu menggunakan pipa besi diameter 15cm yang tampak kokoh, tapi ketika gajah itu menhentakkan pintu itu, wuih, sungguh ngeri juga mendengar suaranya.
Gajah lainnya adalah gajah betina, ada satu yang tampak berpose dengan mendongakkan kepalanya dan menarik belalainya keatas kepala. Dia berpose demikian karena ada pengunjung yang menawarkan segepok kacang. Sungguh tampak lucu, sayang kami tak sempat memotret pose itu. Sayang pula kami tak membawa kacang, sehingga tidak bisa membujuk dia untuk berpose lucu itu lagi. Kami tunggu-tunggu pengunjung lain mungkin ada yang mencoba membujuk, tapi sampai kami bosan, tidak ada lagi yang berniat melakukannya.
Kemudian, kami tertarik dengan satu ekor gajah yang dikandangkan sendirian tepat di seberang kandang besar tadi. Jadi kalo kami menghadap kandang besar, maka gajah sendirian itu ada di belakang kami. Gajah ini seperti menunggu sesuatu. Lalu tampak seorang pawang membawa selang besar yang menyemprotkan air. Ooh oh ... rupanya Gajah ini menunggu dimandikan :). Ya, diapun mandi, dan juga minum dari semprotan air itu. Jadi si pawang akan mengarahkan semprotan air ke mulut sang gajah, dan gajah pun akan menaikkan belalainya, sehingga mulutnya dapat terbuka lebar menerima semprotan air itu.
Ternyata gajah tersebut adalah salah satu gajah pertunjukan untuk membawa pengunjung berkeliling, karena tidak berapa lama kemudian, ada satu gajah lagi masuk ke kandang yang sama, dan dimandikan pula. Gajah-gajah ini dilatih untuk dapat membawa pengunjung berkeliling satu arena berdiameter 10 meter. Hahaha ... rupanya ini waktunya gajah-gajah istirahat setelah bekerja sepanjang pagi hingga tengah hari.
Kami pun melanjutkan perjalanan menuju ke rumah karantina hewan yang sakit, ada satu beruk, dan satu ekor orangutan.
Melanjutkan perjalanan, anak-anak mulai merengek pengin beli CottonCandy(Gula Kapuk), satu manisan terbuat dari gula yang dicairkan dengan api kecil lalu diputar sehingga membentuk serat-serat mengembang besar. Kami memilih yang putih, supaya masih asli tidak ada pewarnanya ... yah sudah menjadi rahasia umum, kalo pewarna biasanya pakai pewarna tekstil yang berbahaya.
Sekarang yang bingung adalah mencari tempat duduk. Setelah toleh kanan kiri, kebetulan di dekat tempat jual Cotton Candy adalah kompleks akuarium. Maka kami pun menuju kesana, membeli tiket untuk 4 orang masing-masing sebesar 3 ribu rupiah. Dan kami masuk kompleks itu dan mulai duduk di bawah rimbunnya pohon, ahh sedap :). Satu Cotton Candy kami nikmati berempat. Roti bekal dari rumah pun kami embat disini, lalu menghabiskan bekal minum pula.
Puas makan-minum kecil, kami menuju langsung ke akuarium ikan. Akuarium berisi ular tidak kami lihat, karena istri dan Caca tidak mau lihat binatang itu ... geli katanya (jijik mungkin lebih tepat ya).
Kami ke akuarium air asin dulu. Waah sungguh sayang isinya tidak terawat, meskipun airnya bersih, namun keindahan karang-karang tidak tampak lagi. Hanya tampak kusam dan kusam dimana-mana. Sepertinya karang-karang itu sudah mati dan tidak diganti. Yah, harus diakui merawat biota air asin memang sulit, jauh lebih sulit dari biota air tawar. Itulah kenapa karang-karang asli di lautan sana, harus dijaga untuk tidak disentuh, karena karang-karang itu sangat sensitif, sehingga kerusakan rantai makanan sedikit saja dapat menyebabkan hancurnya ekosistem karang.
Perjalanan berlanjut ke air tawar, disini tidak ada warna-warna semenarik air asin, karena memang biota air tawar tidak memiliki warna-warni sodaranya di lautan. Namun sayangnya akuarium disinipun tampak tak terawat, tampak kusam. Padahal kami sering melihat di toko-toko binatang peliharaan modern di mal-mal, akuarium air tawar yang menampilkan susunan biota dan tumbuhan air tawar yang indah dan sejuk di mata, penuh hijau daun, dan ikan-ikan kecil indah seperti ikan neon. Namun hal itu tak tampak di akuarium air tawar KBS. Sungguh amat disayangkan. Mungkin memang KBS sudah dilanda kesulitan keuangan seperti yang diberitakan di koran akhir-akhir ini, atau mungkin orang-orang jaman sekarang sudah sulit untuk diajak berkorban.
Dari akuarium kami melihat kolam besar berisi ikan Arapaima dari sungai Amazon yang luar biasa besarnya, bisa mencapai 3 meter besarnya. Luar biasa ciptaan Tuhan ini.
Lalu aku dan Caca lanjut ke kandang Iguana, sementara istri dan Ezra berhenti sebentar karena sudah capek katanya. Di kandang ini tampak tingkah Iguana yang lucu dengan mengangguk-anggukkan kepala dengan gerakan menyentak-nyentak. Aku pernah melihat edutainmen di National Geographic, yang menjelaskan bahwa gerakan ini merupakan lambang kekuasaan yang dimiliki Iguana.
Puas melihat Iguana, kami menuju ke gedung yang dalamnya tampak gelap gulita. Rupanya ini adalah gedung Nocturama. Gedung yang menyimpan hewan-hewan yang hidup di malam hari. Oleh karena itu ruang dalam gedung dibuat gelap, dan diberi lampu berwarna merah, agar seperti malam, sehingga binatang-binatang itu dapat dilihat pengunjung dalam keadaan aktif. Aku jadi berpikir, kasihan juga binatang-binatang itu, disuruh "melek" (=bangun) terus 24 jam :). Setelah masuk tampak burung hantu sedang tidur ... lha koq tidur, katane bakal bangun. Maka pikirku, jam biologis bagaimana pun tetap tidak bisa ditipu, "nek wayahe turu yo turu" (kalo waktunya tidur ya tidur - red.).
Berikutnya luwak (binatang sejenis musang), tapi juga tampak tidur. Lalu kelelawar - dulur'e Batman (sodaranya Batman - red.), juga tampak bergantungan dan tampak diam tertidur. Eh ... tidak, ternyata ada satu-dua yang sesekali menggaruk-garuk badan dengan ujung sayapnya yang memiliki bentuk seperti kait. Perlu diketahui sayap kelelawar sebenernya adalah seperti jari kita, hanya saja jarinya sangat panjang dan antara jari memiliki selaput tipis. Dan antara jari kelingking dengan badan juga ada selaput tipis yang menempel juga ke lengan sayap. Selaput tipis inilah yang memungkinkan sang kelelawar untuk terbang. Sementara itu, jempol sang kelelawar adalah satu-satunya jari yang tak memiliki hubungan dengan selaput, dan jempol ini berdiri sendiri dan telah berubah menjadi semacam kait.
Lepas dari ruangan yang gelap, kami sampai di ruang diorama yang berisi binatang-binatang yang diawetkan. Mulai dari ikan sampai harimau.
Setelah istri dan Ezra bergabung kembali, kami melanjutkan perjalanan menuju pintu keluar komplek akuarium itu, dengan melewati kandang-kandang berisi buaya gavial (buaya asal india) dan aligator (buaya amerika utara).
Di kandang Gavial, kami melihat satu fenomena menarik. Yaitu tampak banyak ikan-ikan mujair yang ada hidup bersama buaya sedang menggigiti atau memakan sesuatu yang tumbuh di kulit punggung buaya yang sedang berendam di air. Unik juga. Cukup lama kami mengamatinya. Kami mencoba memfilmkan fenomena itu, namun sayang kamera kami bukan kamera film, tapi kamera digital biasa, jadi hasil gambarnya tidak jelas, belum lagi ternyata gambar hasilnya tertutup kawat-kawat pagar kandang buaya India.
Kemudian kami sampai di kandang berisi berbagai burung dara, dan kodok yang berlompatan kesana kemari. Kami sempat bingung ini kandang apa, ternyata ini adalah kandang ular piton. Ular itu cukup besar. Jadi kami berpikir, bahwa burung dara dan katak itu adalah makanan sang ular, dan ditaruh disitu supaya pawang ular tidak perlu kasi makan bulanan, biar si ular cari makan sendiri aja, toh udah tersedia. Jadi permainan "kejarlah daku maka kau kutangkap" menjadi nyata disini :).
Sebelum keluar, kami melewati kandang berisi penyu laut. Yang unik, penyu-penyu itu diberi makan kangkung. Ya, anda tidak salah baca, binatang laut diberi makan sayur darat. Penyu diberi makan kangkung. Unik.
Sekeluar dari komplek akuarium, maka badan dan terutama kaki capek luarbiasa, anak-anak pun sudah tidak protes, ketika kami menyatakan bahwa kami pulang. Kami melewati permainan anak-anak, mulai dari kebon binatang mini yang sayangnya tidak terawat. Lalu ada kolam renang khusus hanya untuk anak-anak. Ada juga flying fox, juga khusus untuk anak-anak. Ada peralatan outbound, seperti jembatan tali gantung, dan rumah pohon. Saat itu anak-anak sudah capek, sehingga tidak tertarik lagi untuk mencoba permainan-permainan tersebut. Ada untungnya juga, sehingga kami semua bisa lebih puas melihat binatang, dan kekuatan tidak dihabiskan untuk bermain-main.
Jadi, beberapa catatan hasil kunjungan kami ke KBS hari itu adalah
- Jangan datang ke KBS terlalu siang (diatas pk10), sebaiknya datang sepagi mungkin supaya dapat parkir di area parkir KBS sehingga tidak perlu bayar 10 ribu hanya untuk parkir.
- Pergilah ke KBS di hari kerja atau minimal hari Sabtu, karena KBS tidak tampak penuh sesak. Kami pernah pergi di hari Minggu. Saat itu suasana di dalam KBS tidak terlalu nyaman, karena penuh orang. Namun ini juga tergantung selera anda sekeluarga. Karena ada orang yang lebih suka, kalo KBSnya rame, sebab mereka berpikir suasana rame akan menyebabkan KBS lebih aman.
- Putarilah KBS dari arah kanan pintu masuk, jika ingin menikmati binatang. Dan putarilah KBS dari arah kiri pintu masuk, jika ingin menikmati kebun.
Saran kami untuk KBS
- Perbaiki kualitas kebon binatang mini
- Perbaiki juga kualitas akuarium, sungguh sayang akuarium sebanyak itu dalam kondisi tidak terawat dan tampak kusam.
- Kandang rusa bisa ditingkatkan untuk menjadi tempat pengunjung dapat menyentuh langsung mereka tanpa batas pagar.
Akhir kata ...
Secara garis besar, KBS tampak kotor dan tak terawat. Atau mungkin memang KBS memiliki banyak masalah intern (seperti yang ada di koran-koran dewasa ini) sehingga kondisi ini memang sudah hampir tak terkendali lagi. Namun kami tetap salut kepada pengurus dan para pawang, sehingga binatang-binatang yang ada tampaknya tidak terpengaruh kekotoran tersebut. Semoga di hari-hari mendatang, KBS dapat meningkatkan kualitas kebunnya, sehingga KBS layak didatangi keluarga-keluarga dengan nyaman.